Jumat, 17 Mei 2024

Gunung Penanggungan, Berjuta Pesona dan Kaya Sejarah

- Jumat, 16 Juli 2021 | 10:00 WIB
gunung-penanggungan-berjuta-pesona-dan-kaya-sejarah
gunung-penanggungan-berjuta-pesona-dan-kaya-sejarah

GUNUNG Penanggungan dapat dikatakan sebagai destinasi wisata pendakian paling ternama di Kabupaten Mojokerto. Puncak setinggi 1.653 mdpl tersebut menghadirkan keindahan menakjubkan sepanjang rute pendakian hingga puncak.


 


KERAP disebut juga Gunung Pawitra oleh masyarakat pada umumnya, dikarenakan terdapat keunikan, terutama dari sisi sejarah dan kepurbakalaan dengan banyaknya keberadaan candi, dan punden berundak. Serta tempat bertapa peninggalan era Hindu-Buddha yang tersebar di sekujur permukaan kawasan gunung tersebut.


 


Selain itu, mitos sejarah yang mengisahkan bahwa Gunung Penanggungan adalah bagian dari puncak Gunung Mahameru yang tercecer saat dipindahkan ke Jawadwipa (Pulau Jawa) semakin mempertegas statusnya sebagai salah satu gunung di Jawa Timur yang dianggap suci. Karena kekayaan peninggalan sejarah dan budayanya juga, kawasan Gunung Penanggungan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya peringkat provinsi sejak awal tahun 2015 melalui surat keputusan gubernur Jawa Timur.


Pilihan jalur pendakian menuju kawasan Gunung Penanggungan tersebar di hampir semua sisi wilayah. Yang pertama adalah Jalur Tamiajeng, Kecamatan Trawas. Jalur ini kerap menjadi tujuan para pendaki untuk bermalam karena adanya lokasi Bukit Bayangan yang biasa dijadikan tempat bermalam para pendaki untuk berburu foto sunrise dan sunset. Jalur ini juga tergolong paling mudah dilalui serta menjadi favorit para pendaki karena banyaknya sarana penunjang di sepanjang jalannya.


Jalur kedua ialah Jalur Jolotundo, Kecamatan Trawas. Jalur ini kerap disebut jalur sejarah atau jalur ziarah, dikarenakan banyaknya bangunan candi yang akan dilalui oleh para pendaki. Di antaranya Candi Putri, Candi Pura, Candi Bayi, Candi Sinta, serta Candi Gentong.


Dari jalur Jolotundo para pendaki juga dapat menuju puncak Gunung Bekel.


Jalur ketiga ialah Jalur Kedungudi, Kecamatan Trawas. Jalur ini hampir mirip serta berhubungan dengan jalur Jolotundo, karena adanya beberapa candi di sepanjang rute pendakian. Meliputi Candi Siwa, Candi Naga, Candi Lurah, Candi Carik serta Candi Guru.


Jalur keempat adalah Jalur Ngoro, Kecamatan Ngoro. Jalur tersebut tergolong jalur terberat karena medan yang dilalui didominasi jalan setapak, serta tanjakan dengan kemiringan yang tergolong ekstreme. Pilihan jalur terakhir terletak di Kabupaten Pasuruan, yakni jalur Wonosunyo/Jalur Betro, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan. Jalur ini menyajikan eksotisme daya tarik sejarahnya dengan adanya keberadaan Candi Sumber Tetek.



Pendaki Selalu Ingin Kembali


 


PESONA gunung yang terletak di perbatasan dua daerah, Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan ini kerap digunakan sebagai latar belakang foto karena keindahan dan kemegahannya dari berbagai penjuru.

Halaman:

Editor: Imron Arlado

Terkini

Tanggul Ambrol, Rumah Warga Menggantung

Jumat, 17 Mei 2024 | 07:00 WIB

CJH Risti Didominasi Hipertensi

Rabu, 15 Mei 2024 | 08:55 WIB

Ngeblong, Bus Sumber Selamat Ditilang

Rabu, 15 Mei 2024 | 08:00 WIB

Masuk Kota Mojokerto, Wajib Kantongi SKKH

Rabu, 15 Mei 2024 | 07:45 WIB

Sehari, Warga Temukan Dua Mayat

Senin, 13 Mei 2024 | 08:30 WIB

Mas Pj Jalan Sehat Bersama Ribuan Pekerja

Senin, 13 Mei 2024 | 08:20 WIB

Mojokerto Masuki Kemarau

Rabu, 8 Mei 2024 | 07:10 WIB
X