Gunung Penanggungan, Adiknya Gunung Semeru

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gunung Penanggungan, Adiknya Gunung Semeru

Aris W - detikTravel
Rabu, 02 Okt 2013 13:51 WIB
Jakarta - Gunung Purwita atau lebih dikenal dengan Gunung Penanggungan dianggap mirip Gunung Semeru. Gunung di Pasuruan, Jawa Timur ini, dipercaya orang merupakan penggalan dari Puncak Mahameru.Gunung Penanggungan memang tak setenar Mahameru dengan puncak tertingginya dan Kawah Jogring Saloko. Tak segagah Gunung Arjuna dengan Puncak Ogal-agil yang bersanding dengan Gunung Welirang yang setiap saat mengepulkan asap dari kawah belerangnya. Gunung Penanggungan berdampingan dengan Gunung Arjuna dan Gunung Welirang, dengan berbagai situs-situs peninggalan zaman Kerajaan Airlangga, dan Majapahit menambah sensasi saat pendakian.Gunung Penanggungan dengan ketinggian 1.653 mdpl merupakan gunung berapi tidur, salah satu deretan pegunungan Arjuna-Welirang yang terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa timur. Berjarak kurang lebih 50 KM dari Surabaya, Gunung Penanggungan juga disebut sebagai replika Mahameru. Puncak gunung ini menyerupai Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang dan konon menurut legenda merupakan penggalan dari puncak Gunung Semeru.Pendakian ke puncak Gunung Penanggungan kurang lebih memakan waktu sekitar 4 sampai 5 jam, apabila kita tempuh dari jalur Tamiajeng. Sebelum kita mendaki gunung ini, kita wajib lapor dulu di pos perizinan yang letaknya tepat di samping Kampus Ubaya Tretes. Berbeda dengan pos pada umumnya yang ada di jalur pendakian, pos pendakian di sini berupa warung, namanya warung bu Indah, nama dari sang pemilik warung. Untuk biaya retribusi hanya Rp 5.000 per orang.Setelah semua urusan administratif selesai, kita langsung saja jalan menuju puncak Gunung Penanggungan. Di sepanjang jalur tidak ada sama sekali sumber air, jadi kita harus mempersiapkan pasokan air dari pos perizinan. Udara sangatlah panas di sepanjang jalur ini, apabila kita daki pada siang hari, jadi siap-siap bawa air yang banyak, sebelum Anda terkena dehidrasi.Di awali dengan kebun tebu dan jagung penduduk, sekitar 30 menit sampai 1 jam kita akan mulai memasuki hutan. Jalanan pun semakin menanjak dan akan banyak menguras tenaga, mengingat udara yang cukup panas dan tanjakan-tanjakan yang tak kenal diskon.Setelah berjalan hampir lebih tiga jam, kita akan sampai di Puncak Bayangan, tempat di mana para pendaki beristirahat untuk melepas lelah. Sebuah hamparan tanah yang luas cukup untuk beberapa tenda, dengan pemandangan gagah Gunung Arjuno dan Gunung Welirang membuat kaki ini tak ingin beranjak meninggalkan tempat ini. Para pendaki biasanya hanya mendaki sampai di sini saja, dan dilanjutkan keesokan harinya menuju puncak Gunung Penanggungan.Karena dari sini kita sudah bisa mendapatkan view yang cukup indah apabila cuaca sedang cerah tanpa kabut. Jika malam tiba, kita bisa melihat gemerlap lampu-lampu di Pandaan, Trawas dan Tretes. Hampir di setiap akhir pekan gunung ini tak pernah sepi dari para pendaki, mungkin karena lokasinya yang strategis dan tak seberapa jauh dari kota Surabaya .Dari Puncak Bayangan menuju Puncak Penanggungan tidaklah seberapa jauh, cukup kurang lebih 1 jam perjalanan, kita sudah akan sampai puncak tertinggi dari puncak Gunung Penanggungan. Jalanan yang amat curam dengan batuan cadas mendominasi sepanjang jalur menuju puncak utama dari Gunung Penanggungan ini. Rasa lelah akan terbayar lunas dengan pemandangan yang begitu indah. Sisi utara punya pemandangan Kota Surabaya dengan Selat Maduranya, sisi Selatan punya hamparan Gunung Arjuna yang bersanding dengan Gunung Welirang. Apabila cuaca sedang bersahabat, kita pun juga akan bisa melihat gunung tertinggi di Pulau Jawa, yaitu Gunung Semeru.Perjalanan kali ini saya mengambil jalur turun melewati sisi utara, atau jalur Petirtaan Jolotundo, jalur yang lebih panjang dan lama. Namun akan banyak kita jumpai situs purbakala apabila kita mendaki melalui jalur Jolotundo. Hampir sepanjang jalur terdapat situ-situs purbakala peninggalan zaman kerajaan dan peralihan masa Buddha ke Hindu, dari situs peninggalan Kerajaan Airlangga dan Majapahit.Salah satu situs yang cukup ramai dikunjungi wisatawan ialah situs pemandian Jolotundo, situs pemandian peninggalan zaman Kerajaan Airlangga yang airnya tidak pernah mengering. Konon menurut cerita petugas, air di sumber pemandian Jolotundo ini merupakan air yang terjernih ke-2 di dunia. Itu berdasarkan data seorang peneliti dari Jepang yang sedang melakukan penelitian tentang situs-situs purbakala di sini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(travel/travel)