KOMPAS.com – Gunung yang tidak terlalu tinggi biasanya jadi tujuan favorit para pendaki, terutama pemula.
Itu karena biasanya jarak tempuh sampai puncak tidak terlalu tinggi dan jalur pendakiannya juga tidak berat.
Gunung Penanggungan di Jawa Timur adalah salah satunya. Gunung ini hampir selalu dikunjungi pendaki, meski bukan saat akhir pekan.
Baca juga: Solo Hiking Gunung Penanggungan via Tamiajeng, Si Kecil yang Tak Boleh Diremehkan
Meski begitu, mendaki Gunung Penanggungan tidaklah mudah. Jalur pendakian gunung ini ternyata cukup terjal dan licin di beberapa titik. Ditambah lagi, tidak ada sumber air di sepanjang jalur.
Kompas.com sempat mendaki Gunung Penanggungan pada Rabu (29/7/2022) dan berikut ini tips mendaki ke sana:
Pendaki Gunung Penanggungan diimbau mengenakan sepatu gunung. Salah satunya adalah karena jalur pendakiannya yang cukup licin di beberapa titik.
Jalur pendakian juga ada yang berupa batuan, terutama jelang Puncak Bayangan dan Puncak Penanggungan. Beberapa di antaranya bahkan cukup tajam.
Baca juga: Rute ke Basecamp Pendakian Gunung Penanggungan via Tamiajeng, Mojokerto
Dengan memakai sepatu gunung, kaki akan terlindung saat menginjak atau tergores batu tajam. Sepatu gunung juga meminimalkan risiko terpeleset.
Sebelum mendaki Gunung Penanggungan, perlu diketahui bahwa tidak ada sumber air dari bawah sampai puncak.
Pendaki pun harus membawa persediaan air yang cukup agar tidak sampai kehabisan air di tengah perjalanan.
Baca juga: 7 Kafe di Trawas Mojokerto yang Buka Malam Hari, Bisa buat Nongkrong dan Ngopi
“Satu orang minimal dua botol besar. Satu untuk naik, satu untuk turun,” kata petugas Basecamp Tamiajeng bernama David kepada Kompas.com, Rabu.
Jika hendak ke puncak, pendaki disarankan berkemah dan bermalam terlebih dahulu di Puncak Bayangan. Barulah kemudian perjalanan dilanjutkan dini hari sekitar pukul 04.00 WIB.
Dengan demikian, fisik tidak akan terlalu terkuras habis karena jalur pendakian, terutama dari Pos 4 sampai Puncak Banyangan dan perjalanan ke puncak, jalur cukup terjal.
Saat perjalanan ke puncak, pendaki biasanya meninggalkan barang bawaan berat, seperti tenda, kompor, dan nesting, serta hanya membawa air dan camilan.
Namun, pendaki diimbau turut membawa barang berharga, seperti smartphone atau dompet agar tidak hilang.
Baca juga: 9 Tempat Nongkrong Murah di Trawas Mojokerto, Ada yang Berkonsep Taman
“Banyak laporan kehilangan. Makannya barang berharga juga dibawa saja pas ke puncak,” ujar David.
Tanjakan terjal berubah menjadi turunan curam saat perjalanan turun. Selain menyiksa lutut, jalur juga cukup licin karena batuan lepas dan tanah basah.
Pendaki pun harus berhati-hati. Jangan pijak batuan lepas karena mudah longsor. Jangan pula pijak tanah yang terlalu miring karena menyebabkan terpeleset.
Meski ketinggiannya hanya 1.653 meter di atas permukaan laut (mdpl), calon pendaki jangan sampai meremehkan gunung ini.
Selain medannya yang terjal dan curam, pendakian gunung ini dimulai dari ketinggian sekitar 600 mdpl.
Itu berarti, pendaki masih harus naik hingga 1.000 meter. Ditambah lagi, tidak ada sumber air dari bawah sampai puncak.
Baca juga: 10 Tempat Ngopi di Trawas, Bisa Santai Sambil Nikmati Panorama Alam
Pendaki pun tetap harus mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun perlengkapan pendakian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.