Sukses

6 Fakta Menarik Gunung Penanggungan, Jelmaan Mahameru Gunungnya para Dewa

Gunung Penanggungan dipandang sebagai gunung keramat, suci, dan merupakan jelmaan Mahameru, gunungnya para dewa. Hal tersebut juga terkait dengan tata letak Gunung Penanggungan yang unik.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Penanggungan dengan ketinggian 1.653 mdpl merupakan gunung berapi kerucut dalam kondisi istirahat yang berada di Jawa Timur, Indonesia. Posisi Gunung Penanggungan berada di perbatasan Kabupaten Mojokerto di sisi barat dan Kabupaten Pasuruan di sisi timur.

Letak Gunung Penanggungan sekitar 55 km di sebelah selatan kota Surabaya. Masih banyak hal mengenai Gunung Penanggungan, berikut enam fakta menarik Gunung Penanggungan yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Sabtu, 21 Oktober 2023.

1. Dianggap Jelmaan Mahameru

Gunung Penanggungan dipandang sebagai gunung keramat, suci, dan merupakan jelmaan Mahameru, gunungnya para dewa. Hal tersebut juga terkait dengan tata letak Gunung Penanggungan yang unik.

Dalam kitab Tantu Panggelaran Saka 1557 atau 1635 M, menurut cerita para dewa sepakat untuk menyetujui bahwa manusia dapat berkembang di Pulau Jawa, tapi pulau itu tidak stabil, selalu berguncang diterpa ombak lautan.

Lalu untuk menstabilkan kondisi Pulau Jawa, para dewa memindahkan Gunung Mahameru dari Jambhudwipa ke Jawadwipa. Dalam perjalanan kepindahan tersebut, sebagian Mahameru ada yang rontok berjatuhan, maka menjelmalah gunung-gemunung yang ada di Pulau Jawa dari barat ke timur.

Bagian terbesarnya jatuh menjelma menjadi Gunung Semeru, sedang puncak Mahameru dihempaskan oleh para dewa menjadi Pawitra yang sekarang disebut Gunung Penanggungan. Oleh karena itu, Pawitra menjadi gunung yang keramat dalam pemikiran Jawa masa Hindu-Buddha, sebab puncak Mahameru yang dipindahkan ke Jawa

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Satu Kawasan dengan Arjuno dan Welirang

Gunung Penanggungan merupakan gunung kecil yang berada pada satu kluster dengan Gunung Arjuno dan Gunung Welirang yang jauh lebih besar. Meskipun kecil, gunung ini memiliki keunikan dari sisi kesejarahan, lantaran mulai dari kaki gunung sampai mendekati puncak, dipenuhi banyak situs kepurbakalaan yang dibangun pada periode Hindu-Buddha dalam sejarah Indonesia.

3. Memiliki Banyak Situs Kuno

Penanggungan adalah gunung yang sangat dihormati dan memiliki banyak situs candi Hindu kuno di lerengnya. Setidaknya ada delapan puluh situs menurut penyelidikan arkeologi Belanda yang dilakukan pada tahun 1930-an yang dimulai setelah kebakaran hutan menemukan beberapa reruntuhan.

Salah satunya yang terletak di awal jalur pendakian yaitu Candi Jolotundo 511 mdpl. Candi ini dibangun sekitar tahun 977 M dan salah satu candi tertua dan paling suci. Kuil ini adalah tempat yang sangat populer untuk dikunjungi penduduk lokal. 

Seluruh kawasan di Gunung Penanggungan merupakan pengingat sejarah Jawa pra-Islam dan kerajaan Majapahit. Pendaki bisa kembali membayangkan bagaimana gunung ini dimanfaatkan berabad-abad yang lalu.

3 dari 4 halaman

4. Nama Lama Gunung Penanggungan

Mengutip dari laman Gunung Bagging, 21 Oktober 2023, Gunung Penanggungan dulu disebut Gunung Pawitra yang sekarang menjadi nama kawasan puncak. Hal ini lantaran kabut yang sering menutupi puncaknya, jadi pastikan berangkat lebih awal untuk mencapai puncak sebelum kabut dan awan masuk.

Nama "Pawitra" sudah dikenal sejak abad ke-10 Masehi. Artinya dalam bahasa Jawa kuno adalah keramat, suci, kesucian, atau sari.

Nama itu tertulis pada Prasasti Cunggrang yang ditemukan di Desa Sukci, Gempol, Pasuruan, di kaki gunung sebelah timur Penanggungan. Prasasti Cunggrang dikeluarkan oleh raja Mataram Kuno, Mpu Sindok, pada sekitar tahun 929 Masehi.

Prasasti itu menyebut keberadaan sebuah pertapaan dan sumber air di Pawitra. Sumber air yang dimaksud mungkin adalah petirtaan (pemandian) Belahan saat ini, sekitar 4 kilometer dari Desa Sukci.

Nama Pawira  juga disebutkan dalam Nagarakretagama karya Mpu Prapanca yang selesai ditulis pada 1365 Masehi. Kitab tersebut menyebutkan bahwa di Gunung Pawitra terdapat pemandian dan pertapaan air. Lebih lanjut, diceritakan bahwa penduduk desa setempat menyambut kedatangan raja Majapahit, Hayam Wuruk, ketika ia mengunjungi pertapaan tersebut.

4 dari 4 halaman

5. Waktu Pendakian Sekitar 4 Jam

Ada beberapa cara menuju puncak dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Karena banyaknya akomodasi di resor pegunungan Trawas dan Tretes, banyak orang memilih untuk memulai dari selatan atau barat puncak dan di sinilah bisa dibilang di mana pemandangan gunung terbaik dapat ditemukan.

Tempat menginap hemat yang bagus salah satunya adalah Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup PPLH, yang terletak di sebelah barat gunung, di mana pendaki juga dapat menemukan panduan untuk rute Jolotundo. Sebagai gambaran kasarnya, luangkan waktu 4 jam untuk mencapai puncak dan 2 setengah jam untuk turun.

6. Jalur Terkenal Menuju Puncak Penanggungan

Salah satu titik awal pendakian yang paling terkenal adalah di sebelah barat di Candi Jolotundo (511m), sebuah candi yang dibangun sekitar tahun 977 M dan salah satu candi tertua dan paling suci. Hal ini penting karena jalurnya tidak selalu jelas dan terdapat banyak jalur pertanian di dekat titik awal yang dapat menambah kebingungan. Rute Jolotundo melewati banyak tempat menarik, melewati perkebunan dan melewati berbagai pondok pertanian.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini